Home » » Surga Menurut Beberapa Agama (Part.4 - Budha)

Surga Menurut Beberapa Agama (Part.4 - Budha)

Pengertian Surga
Sorga, atau juga surga(bahasa Sanskerta svarga, स्वर्ग, "kayangan") adalah suatu tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama sebagai tempat berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidup di dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya.

Dalam bahasa Jawa kata tersebut diserap menjadi swarga. Sorga dalam bahasa Arab disebut jannah, sedangkan dalam bahasa Hokkian digunakan istilah thian (天).

Surga Menurut Budha
Menurut agama Buddha, surga juga ada di dunia ini. Bukan suatu yang ada di luar dunia. Dari lima jenis alam dalam agama Buddha, surga berada di tingkat ke-tiga. Tingkat paling dasar yaitu neraka kemudian alam manusia, tingkat ke-tiga yaitu surga, ke-empat alam rupaloka dan yang terakhir alam arupaloka. Tujuan akhir manusia menurut Buddha adalah nirwana (nirvana). Kata ini sebenarnya berarti padam. Bukan tidak ada. Suatu kebahagiaan luar biasa yang tak terjangkau indra. Itulah nirwana. Jadi, tujuan akhir manusia menurut Buddha adalah nirwana bukannya surga. Intinya, baik Hindu maupun Buddha surga hanyalah sasaran untuk dapat melanjutkan perjalanan spiritual manusia. Bukan perjalanan akhir untuk mendapatkan kebahagiaan atau kesenangan.
Nirwana, dari bahasa Sanskerta: Nirva?ajir -- Pali: Nibbana -- bahasa Tionghoa: Nie4 Pan2 (??)), secara harafiah: "kepunahan" atau "pemadaman", adalah kulminasi pencarian umat Buddha terhadap kebebasan.

Siddartha Gautama, menejelaskan Buddhisme sebagai sebuah rakit yang setelah mengapung di atas sungai, akan memperbolehkan sang penumpangnya untuk mencapai nirwana.

Hinduisme juga menggunakan nirwana sebagai sinonim untuk pemikiran mereka tentang moksha, dan nirvana dibicarakan dalam beberapa tulisan tantra Hindu serta Bhagawad Gita. Konsep nirwana antara agama Buddha dan Hindu tidak boleh disamaratakan.

Dalam pengertian yang lebih dalam, Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi, suatu keadaan kebahagiaan abadi yang luar biasa. Kebahagiaan Nibbana tidak dapat dialami dengan memanjakan indera, melainkan dengan menenangkannya.

Nibbana bukanlah suatu tempat. Nibbana bukanlah suatu ketiadaan atau kepunahan. Nibbana bukanlah suatu surga. Tidak ada kata yang cocok untuk menjelaskan Nibbana ini. Nibbana dapat direalisasi dengan cara melenyapkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan bathin (moha).

Dalam Kitab Udana VIII:3, Nibbana dijelaskan oleh Sang Buddha sebagai berikut:

"Oh, Bhikkhu, ada berhentinya kelahiran, berhentinya penjelmaan, berhentinya Kamma, behentinya Sankhara. Jika seandainya saja, Oh bhikkhu, tidak ada berhentinya kelahiran, berhentinya penjelmaan, berhentinya Kamma, berhentinya Sankhara; maka tidak akan ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi karena ada berhentinya kelahiran, berhentinya penjelmaan, berhentinya Kamma, berhentinya Sankhara, maka ada jalan keluar kebebasan kelahiran, penjelmaan, pembentukan, dan pemunculan dari sebab yang lalu"

Lebih lanjut dalam Kitab Milinda Panha juga dijelaskan tentang Nibbana melalui percakapan antara Bhikkhu Nagasena dan Raja Milinda sebagai berikut:

"Nibbana penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan Oh Raja. Barang siapa yang mengatur kehidupannya secara sempurna dengan memahami sifat kehidupan sesuai dengan ajaran para Buddha, menyadari kehidupan melalui kebijaksanaan, sebagaimana seorang siswa yang dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Sang Guru, menjadikan dirinya 'Nakhoda' bagi kapalnya sendiri,...

"Apakah Nibbana suatu tempat?" Tanya Raja Milinda "Nibbana bukanlah suatu tempat Oh Raja, tetapi Nibbana ada sebagaimana api ada, meskipun api itu tidak disimpan di suatu tempat tertentu." "Apakah ada tempat berpijak bagi seseorang untuk mencapai Nibbana?" "Ya Raja, tempat itu adalah kebajikan"

Jadi dapat disimpulkan bahwa Nibbana bukanlah suatu tempat atau alam kehidupan, melainkan keadaan yang terbebas dari semua kekotoran batin yang menjadi sebab penderitaan dari kelahiran, usia tua, penyakit, kematian, kepedihan, ratapan dan keputus-asaan, yaitu Keserakahan (Lobha), Kebencian (Dosa), dan Kebodohan Batin (Moha).

Nibbana dapat dicapai ketika masih hidup dan ketika meninggal dunia. Ketika Pangeran Siddhartha mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Samma Sambuddha, maka pada saat itu Beliau mengalami Sa-upadisesa Nibbana. Ketika Buddha Gotama meninggal dunia pada usia 80 tahun di Kusinara, maka Beliau mencapai An-upadisesa Nibbana atau Parinibbana.

Cara untuk mencapai Nibbana adalah dengan mempraktekkan sendiri Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu:
1. Pengertian Benar (Samma ditthi)
2. Pikiran Benar (Samma sankappa)
3. Ucapan Benar (Samma vaca)
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta)
5. Penghidupan/Mata Pencaharian Benar (Samma ajiva)
6. Usaha/Daya Upaya Benar (Samma vayama)
7. Perhatian Benar (Samma sati)
8. Konsentrasi/Meditasi Benar (Samma samadhi)

Semoga Bermanfaat,
Baca Artikel Menarik Lainnya hanya di fadlybachtiar.blogspot.com

Surga Menurut Beberapa Agama ( Part.1 - Islam )
Surga Menurut Beberapa Agama ( Part.2 - Kristen )
Surga Menurut Beberapa Agama ( Part.3 - Hindu )
Share this article :

+ comment + 4 comment

Anonim
3 Januari 2015 pukul 15.58

surga menurut setiap agama mungkin berbeda . *maaf pandangan pribadi

walau saya buddha tapi bukan bermaksud mencaci maki agama sendiri.

pernah timbul rumor akan buddha akan digantikan maitreya turun ke bumi karena murka terhadap perbuatan manusia.

dan masih banyak soalan untuk saat ini tidak dapat saya pahami secara semuanya.

Mengapa manusia perlu hidup di dunia dan menghabiskan kekayaan alam??


sampai sini dulu..

sedikit berbagi website pribadi

baru dibuat hari ini
jalan-tuhan00.blogspot.com

akan ditingkatkan kemudian hari :)

4 Mei 2015 pukul 08.00

#BudiArifin terima kasih sudah mampir.. maaf baru respon..

mengapa manusia perlu hidup di dunia?
menurut saya pribadi, pandangan simple saya. mungkin manusia secara tidak sadar diuji di dunia terlebih dahulu sebelum hidup di surga, dan setiap manusia ditugaskan untuk menjaga dunia, salah satunya kekayaan alam.. jika manusia tidak bisa menjalani tugas itu, berarti manusia tidak lolos dengan ujian itu

17 Oktober 2015 pukul 02.09

saya tidak percaya dengan surga yang menjanjikan kemewahan dan memenuhi semua keinginan penghuninya. bagi saya kebahagiaan tertinggi justru ketika semua keinginan musnah. saya terperanjat baca suta pitaka udana 8. karena semua itu yang ada di pikiran saya selama ini. bagaimana ini bisa terjadi padahal saya bukan penganut buddha. apa secara defacto saya ini buddhisme?,.saya juga percaya hukum karma. mohon pencerahan. saya juga penyayang binatang.

29 Mei 2017 pukul 10.11

kita ketahui buddhisme telah mengalami banyak masa pasang surut sejak awal dibabarkan... faham buddhis telah menyatu dgn kita orang indonesia namun mungkin kita beragama beda misalnya tentang karma.. hampir semua kita yakin adanya karma meskipun tidak beragama buddha. Istimewanya dalam buddhisme kami tidak mengklaim surga adalah milik agama kami.. tapi untuk mereka yang melakukan kebajikan dan memiliki sebab dilahirkan ke alam berbahagia tsb. namun menurut buddhisme surga tidak kekal...setelah buah kebajikan kita habis kita akan lahir lagi ke alam lain... bisa saja lebih parah maupun ke alam manusia.. begitulah terus kita berputar sampai mencapai nirwarna.

suatu masa yang lama tidak diketahui kapan tepatnya dunia kita akan hancur melalui fase2... dalam buddhisme diumpamakan dengan datangnya 7 matahari.... mulai dari keringnya air sampai punah manusia sampai galaksi kita ini lenyap dan 31alam menurut buddhisme juga hancur... maka kita kembali ke alam cahaya... dari sinilah kita mulai lagi melirik bumi baru dari awal perbentukan sampai kemusnahannya... tapi kiamat itu masih lama menurut buddhisme.. setelah lahirnya Buddha Maitreya dan usia manusia lahirnya buddha maitreya bisa mencapai 84.000 tahun jika sekarang rata2 umur manusia 100 tahun maka kita masih harus melewati fase usia rata2 10 tahun untuk menuju lagi rata2 100 tahun dan seterusnya sampai 84.000 itu sangat lama sekali menurut buddhisme.... dan menurut sang buddha lahirnya maitreya dunia itu penuh suka citta dan setelah inilah.. setelah berakhirnya ajaran maitreya dunia akan kiamat...

Posting Komentar

Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak . Terima kasih karena telah menggunakan bahasa yang sopan pada form komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Fadly Bachtiar - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger